Samarinda,
31 Maret 2014
Dear mantan pacarku yang disayangi Allah.
a’ apa kabarmu disana? Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan kebaikan bagimu ^_^.
Kepergianmu sejak november 2011 lalu menyisahkan
banyak kisah sedihku yang tak bisa kubagi melalui media sosial yang terbatas
karekter itu, melalui layang swaro (red:telfon,
bhs Jawa) yang biasa kita lakukan semasa kita masih dalam satu kota, entah
mengapa jarak yang lebih jauh ini malah memutuskan silaturahmi suara kita.
Sejak hubungan kita yang harus diakhiri karna kamu
harus pulang ke kota kembang, aku harus berkata jujur bahwa sampai 3 tahun
terakhir ini aku tak menjalin kisah lagi dengan yang lain. Aku masih cukup
setia a’ menjaga setiap detik kenangan kita meski kita tidak saling
berkomunikasi lagi. Kecewa pasti akan keputusan yang kupilih, aku tidak berani
LDR bersamamu, jarak samarinda-bandung memang tidak jauh tapi kepercayaanlah
yang tak yakin bisa kujaga.
Seperti yang kukatakan diawal banyak kisah sedihku
yang belum kuceritakan padamu, salah satunya kepergian ayahku di 30 desember
2013 akhir tahun lalu. Kini kamu tak bisa lagi menemui beliau a’, kamu adalah
satu-satunya pacarku pada saat itu yang mengenal baik dengannya dibanding
dengan pacar-pacarku yang lain bahkan teman priaku. Kamu pasti sedih mendengar
kabar ini, atau bahkan kamu sangat marah karna aku tak juga menghubungimu
tentang berita duka ini.
Ditahun yang sama sebelum kejadian itu, hunian yang
biasa kamu tujuh untuk menemui atau sekedar menjemputku kini tak lagi ku
tempati. Tentangga-tetangga yang selalu excited dengan kedatanganmu
satu-satunya pacar yang mampu menjemputku membawa kendaraan roda empat itu,
kini tak lagi kamu temui jika saat ini kamu menjemputku. Karna kini aku tinggal
ditempat lain, yang mungkin tak seakrab dengan kehadiranmu seperti yang lain
dulu.
Yahh banyak perubahan saat ini tentang hidupku,
kamar yang masih tergantung gelang berukir “Novan Surya Taufik” atas namamu,
bukan lagi kamar yang bebas seperti dulu. Kini aku hanya hidup berdua bersama
ibu, menjadikan kami hanya menyewa hunian yang berkamar satu. Kami harus tetap
berada disini, sambil menunggu rumah impian yang baru dibangun ibuku yang
semoga dalam beberapa bulan lagi bisa kami tempati. Kelak jika kamu datang
kemari, kamu harus bertanya alamat baruku yah. . .
Tapi sebelum kamu menemuiku kamu harus cari tau dulu
kabar tentangku, bisa jadi aku telah disunting pria lain.
Sejak kepergian ayahku a’, ibuku telah mengikat
janji manis kepada temannya yang berada di tanah jawa, dikota asalku lamongan. Tak
kusangka nasib siti nurbayah juga kualami dalam hidupku, tetapi a’ aku tak
sesedih dia pastinya. Justru aku sangat bahagia dengan keputusan ibu seperti
itu, namanya “fattah” dia pria dewasa 2 tahun dengan usia dewasaku 21 tahun,
aku mengenal baik tentangnya seperti yang kamu tahu beberapa tahun sekali aku
pulang kekampung halaman menemui kerabat, nenek dan kakekku disana. Saat aku
ditanah jawa tentu saja aku sering bertemu dengannya, karna memang rumahnya
dekat dengan rumah nenekku disana. Dia sosok dewasa yang pasti bisa
membimbingku dan menjadi imamku seperti harapan dari ibuku. Tak ada yang
kuragukan darinya a’ karna dia jodoh pilihan ibuku J.
Saat ini aku masih mempersiapkan diri untuk
penelitian, 24 maret kemarin aku baru saja maju seminar proposal, menuntaskan
tugasku menyelesaikan skripsi membuatku masih bertahan dikota ini. Kuliah d
universitas negeri di kota ini membuatku bertekad kuat kelak aku akan
menghidupi kehidupanku dan ibuku dengan kehidupan yang lebih baik meski dikota
ini kami hanya tinggal berdua, tapi aku juga tak yakin jika terus-terusan hidup
disini, jodohku yang saat ini juga masih kuliah ditanah jawa menantikan
keberadaanku disana. Meski dia tak memaksaku kapan aku siap, tapi cinta kami
bagai sudah terikat, aku disini dan dia disana ini bagaikan hubungan LDR yang
ku tentang saat denganmu, jika dengan alasan yang sama pada hubungan ini tentu
saja saat ini aku tak menerima hubungan ini, sama seperti menentang hubungan
LDR kita, tapi a’ disini aku tidak bisa berbuat apa-apa karna ada campur tangan
orang tua. Sabarkan hatimu ketika mendengar ini a’, jangan kau marah apalagi
menyimpan dendam atas keputusanku yang dulu menjadi prinsipku. Inilah salah
satu yang ku takuti kelak jika kita bertemu, pertanyaan “kok LDR?”. Jangan
jangan tanyakan itu a’ jika saat ini boleh ku pinta. Biarkan kini semua menjadi
takdir.
Melalui sepucuk surat ini ku harap kamu lelah dengan
sikap baikmu yang selalu menanyakan kabarku, kurangi pertanyaan-pertanyaan itu
a’, apalagi dengan bumbu-bumbu rasa rindumu. Terimakasih atas kehadiranmu dalam
hidupku a’, sekian curahan hati tentang kehidupanku saat ini, kita sama-sama
mendoakan saja. Wassalam ^_^
Yang selalu
mendoakanmu
Tresa